Di Era Digital, Dimana Pak Pos?

Apakah pengantar pos masih bisa bertahan ditengah-tengah perkembangan teknologi digital?

Refleksi Hari Bakti Postel

Setiap tanggal 27 September, insan Pos dan Telekomunikasi (Postel) memperingati haei itu sebagai Hari Bhakti Postel. Sejarah mencatat perjuangan Angkatan Muda Pos Telepon dan Telegraf (AMPTT) dalam merebut Kantor Pusat PTT. Hari itu, 27 September 1945, para pejuang muda mengambil alih PTT dari kekuasaan pemerintah Jepang. Keberhasilan merebut PTT ditandai dengan penurunan Bendera Jepang dan digantikan Bendera Merah Putih. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga dikumandangkan. Inilah tonggak sejarah perjuangan insan PTT menguasai aset dan pengendalian operasional PTT oleh Bangsa Indonesia. Keberhasilan melalui perjuangan berat dengan taruhan jiwa raga. Perjuangan itu harus dilanjutkan oleh insan PT Pos Indonesia dan PT Telekomunikasi hingga saat ini, di zaman now.

Tantangan Pos di Zaman Now

Semangat patriotik para pahlawan bukan hanya dikenang melalui upacara di Tugu Peringatan.  PT Pos Indonesia, selanjutnya disapa Pak Pos, tetaplah berjuang sesuai dengan perubahan zaman. Pertama, regulasi yang sangat liberal. Keterbukaan ini dimanfaatkan oleh perusahaan asing. Industri pos berada dalam tingkat kompetisi yang sangat hebat. Kedua, perubahan gaya hidup dalam komunikasi akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Apalagi perubahan ini juga membawa pada gaya hidup baru dengan maraknya media sosial. Pemicunya adalah kemajuan telefon pintar yang didukung internet. Akibatnya jasa pengiriman surat semakin menurun dan hampir tidak ada lagi. Ketiga, perubahan lansekap bisnis yang ditandai dengan konsep ekonomi berbagi yang mengedepankan kolaborasi. Strategi perusahaan adalah menggunakan sumberdaya di tengah-tengah masyarakat. Bersinergi dengan banyak pebisnis termasuk kolaborasi antara penyedia dengan pengguna jasa.  Keempat, bergesernya bisnis pada layanan kiriman barang. Sebagian besar perusahaan yang baru muncul, fokus pada layanan ini. Marak hadirnya pemain baru dalam bisnis logistik dan kiriman barang belanja online. Kelima, revolusi industri 4.0 yang membawa pada era digital. Keseluruhan proses dalam rantai pasok sudah terdigitalisasi. Mulai dari konsumen, sistem operasi dan pemasok bahkan alat pembayaran, sudah mengalami digitalisasi. Itu semua menjadi lingkungan bisnis yang mendisrupsi perusahaan yang sudah lama hadir seperti Pak Pos.

Transformasi Perusahaan

Apa yang harus dilakukan oleh Pak Pos agar tetap eksis di tenga kondisi tersebut ? Jawabnya jelas, melakukan transformasi perusahaan. Sebuah perubahan yang mendasar, menyeluruh dan strategis. Perubahan mendasar menyangkut filosofi, spirit dan tata nilai yang dianut perusahaan termasuk karyawan. Perubahan menyeluruh meliputi semua fungsi, proses dan budaya. Perubahan strategis bermakna penentuan visi, misi, strategi, sasaran sampai pada program kerja. Beberapa hal ini menjadi prioritas untuk dilakukan. Pertama, fokus pada pelanggan dari kaum milenial, yang senang layanan praktis, tidak ribet dan murah. Tangan mereka selalu menggenggam telefon pintar yang terkoneksi internet. Kedua, menggarap pasar logistik dan kiriman barang belanja online. Hal ini jelas karena potensi bisnisnya sangat besar dengan pertumbuhan dobel digit dan tak tergantikan oleh teknologi. Ketiga, menerapkan konsep ekonomi berbagi untuk meningkatkan efisiensi. Contohnya dengan menggunakan rumah masyarakat, sebagai titik temu perusahaan dengan pelanggan, pengganti kantor pos. Dengan demikian titik jaringan menjadi lebih banyak dan waktu buka pelayanan bisa tak terbatas. Keempat, berpihak kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kantor pos bisa menjadi gudang konsolidasi kiriman dan ruang pajang hasil UMKM. Kelima, segera melakukan transformasi digital baik proses operasi, administrasi bahkan keseluruhan aktifitas perusahaan. Keenam, mengembangkan layanan keuangan berbasis teknologi keuangan. Tujuannya antara lain memudahkan pelanggan dalam menggunakan layanan pos. Ketujuh, membangun ekosistem keseluruhan layanan yang dimiliki. Hal ini dilakukan melalui pengembangan teknologi keuangan, sistem pembayaran digital. Layanan ini menjadi “pengikat” semua layanan untuk menciptakan sebuah ekosistem bisnis perdagangan online. 

Transformasi Digital

Zaman now yang dikenal dengan era digital sudah terserap dalam peradaban dunia. Setiap pelaku bisnis harus melakukan transformasi digital, minimal sudah masuk dalam tahap dgitalisasi. Pak Pos harus mempercepat implementasi transformasi digital. Pertama, digitalisasi semua proses terutama proses bisnis. Ini sangat penting karena bisa menjadikan perusahaan berjalan dengan sangat efisien. Memenangkan persaingan hanya dapat dilakukan jika sistem operasi efisien. Pak Pos harus memiliki layanan digital. Memang antaran barang tidak dapat digitalisasi namun prosesnya harus digital. Contoh paling gampang adalah saat masuk di dalam layanan kiriman barang belanja online. Cara belanja barang adalah orang harus datang ke penjual barang. Hal itu sudah bergeser menjadi barang yang mendatangi tempat pelanggan berada. Semua urusan belanja beres dilakukan melalui tangan dengan menggunakan telefon pintar. Semua menjadi cepat, tepat, mudah dan murah. Sebagai pihak yang melakukan pengiriman barang tentu memerlukan proses digital. Tentu hal ini juga perlu didukung dengan sistem pembayaran digital. Hari ini nampaknya Pak Pos sudah menuju ke arah digitalisasi. Yang perlu dilakukan adalah mempercepat proses digitalisasinya. Sebab setelahnya masih perlu komunikasi kepada masyarakat terlebih kelompok milenial. Ini persoalan yang acapkali Pak Pos masih kedodoran. Cara, gaya dan media berkomunikasi masih belum nyambung dengan kaum milenial. Solusinya adalah perlu menarik kaum milenial menjadi Pak Pos. Biar klop, milenial melayani milenial. Begitulah seharusnya agar jargon sebagai juara dapat diwujudkan. Juara harus naik panggung dan bertempur, pantang menyerah apalagi keluar gelanggang. Pak Pos, berjuanglah dan jadilah juara. Semoga.


LihatTutupKomentar